Alergi adalah kondisi kesehatan yang sangat umum dan dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Reaksi alergi bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari bersin ringan, ruam pada kulit, hingga reaksi berat yang mengancam nyawa. Namun, banyak orang masih bertanya-tanya, mengapa alergi bisa terjadi, padahal zat pemicunya sering kali tidak berbahaya bagi orang lain.
Artikel ini akan membahas secara lengkap penyebab alergi, bagaimana proses terjadinya alergi di dalam tubuh, serta faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami alergi.
Apa Itu Alergi?
Alergi adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh (imun) terhadap zat tertentu yang sebenarnya tidak berbahaya. Zat pemicu alergi ini disebut alergen.
Bagi kebanyakan orang, alergen tidak menimbulkan masalah. Namun, pada orang yang memiliki alergi, sistem imun menganggap alergen sebagai ancaman dan memicu reaksi pertahanan tubuh secara berlebihan.
Bagaimana Proses Alergi Terjadi di Dalam Tubuh?
Untuk memahami mengapa alergi bisa terjadi, penting mengetahui bagaimana sistem imun bekerja.
1. Tahap Sensitisasi
Alergi tidak selalu muncul pada paparan pertama. Saat pertama kali tubuh terpapar alergen, sistem imun membentuk antibodi khusus yang disebut Immunoglobulin E (IgE).
Antibodi ini akan menempel pada sel-sel mast dan basofil, yang banyak terdapat di kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan.
2. Paparan Ulang dan Reaksi Alergi
Ketika tubuh terpapar alergen yang sama di kemudian hari, alergen tersebut akan berikatan dengan antibodi IgE. Proses ini memicu sel mast melepaskan zat kimia, terutama histamin.
Histamin inilah yang menyebabkan gejala alergi, seperti:
- Gatal-gatal
- Bengkak
- Bersin
- Mata berair
- Sesak napas
Semakin banyak histamin yang dilepaskan, semakin berat reaksi alergi yang terjadi.
Penyebab Utama Mengapa Alergi Bisa Terjadi
1. Faktor Genetik (Keturunan)
Salah satu penyebab utama alergi adalah faktor genetik. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi, risiko anak untuk mengalami alergi juga akan meningkat.
Kondisi ini dikenal sebagai atopi, yaitu kecenderungan genetik untuk mengembangkan alergi, seperti:
- Asma
- Alergi makanan
- Rhinitis alergi
- Eksim
2. Sistem Imun yang Terlalu Sensitif
Pada penderita alergi, sistem imun bereaksi terlalu berlebihan terhadap zat yang seharusnya tidak berbahaya. Penyebab pasti mengapa sistem imun menjadi terlalu sensitif belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
3. Paparan Lingkungan
Lingkungan tempat seseorang tumbuh dan tinggal sangat memengaruhi risiko alergi. Beberapa faktor lingkungan yang berperan antara lain:
- Polusi udara
- Asap rokok
- Debu dan tungau
- Bulu hewan
- Jamur dan serbuk sari
Paparan berlebihan terhadap zat-zat tersebut dapat meningkatkan risiko alergi, terutama pada anak-anak.
4. Hipotesis Kebersihan (Hygiene Hypothesis)
Salah satu teori yang banyak dibahas adalah hipotesis kebersihan. Teori ini menyatakan bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang terlalu bersih cenderung memiliki risiko alergi lebih tinggi.
Kurangnya paparan terhadap kuman dan mikroorganisme sejak dini membuat sistem imun tidak terlatih dengan baik, sehingga lebih mudah bereaksi berlebihan terhadap alergen.
5. Perubahan Gaya Hidup Modern
Gaya hidup modern juga berkontribusi terhadap meningkatnya kasus alergi, seperti:
- Pola makan tinggi makanan olahan
- Kurangnya aktivitas fisik
- Penggunaan antibiotik berlebihan
- Minimnya kontak dengan alam
Faktor-faktor ini dapat memengaruhi keseimbangan sistem imun dan mikrobiota usus.
6. Alergen Umum Pemicu Alergi
Beberapa alergen yang paling sering menyebabkan alergi meliputi:
- Debu rumah dan tungau
- Serbuk sari tanaman
- Bulu hewan
- Makanan tertentu (kacang, susu, telur, seafood)
- Obat-obatan
- Sengatan serangga
Setiap orang bisa memiliki alergen yang berbeda-beda.
Jenis-Jenis Reaksi Alergi
Alergi dapat muncul dalam berbagai bentuk, tergantung bagian tubuh yang terpengaruh, antara lain:
- Alergi pernapasan: bersin, hidung tersumbat, asma
- Alergi kulit: gatal, ruam, eksim, biduran
- Alergi makanan: mual, muntah, diare, pembengkakan
- Anafilaksis: reaksi alergi berat yang mengancam nyawa
Apakah Alergi Bisa Disembuhkan?
Hingga saat ini, alergi belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, alergi dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik melalui:
- Menghindari alergen pemicu
- Mengonsumsi obat antihistamin
- Imunoterapi alergi
- Menjaga kebersihan lingkungan
Dengan penanganan yang tepat, penderita alergi tetap bisa menjalani hidup normal dan produktif.
Cara Mengurangi Risiko Alergi
Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko alergi antara lain:
- Menjaga kebersihan rumah tanpa berlebihan
- Menghindari asap rokok
- Mengelola stres
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
- Berkonsultasi dengan dokter jika memiliki riwayat alergi
Penutup
Alergi terjadi karena sistem imun bereaksi secara berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya. Faktor genetik, lingkungan, gaya hidup, dan keseimbangan sistem imun saling berperan dalam memicu alergi. Memahami penyebab alergi dapat membantu seseorang mengelola kondisinya dengan lebih baik dan menghindari pemicu yang dapat memperparah gejala.
Dengan edukasi yang tepat dan kesadaran masyarakat, alergi tidak lagi menjadi momok, melainkan kondisi yang bisa dikendalikan dengan baik.